Kamus Alkitab Indonesia Terjemahan Baru

 

kamus-alkitab-terjemahan-baru

  • GABRIEL : 

Salah seorang malaikat utama. Ia menerangkan penglihatan kepada Daniel

(Daniel 8:16 , Daniel 9:21). Malaikat Gabriel juga diutus kepada Zakharia dan Maria untuk memberitahukan tentang kelahiran Yohanes Pembabtis dengan mengatakan ' Akulah Gabriel yang melayani Allah dan telah diutus untuk menyampaikan kabar baik kepada Zakharia (Lukas 1:19 dan Lukas 1:26).

 

  • GAHARU :

 Rempah - rempah yang harum baunya yang antara lain dipakai pada waktu penguburan (Mazmur 45:9 , Yohanes 19:39). 

Gaharu (bahasa Ibrani 'ahalim' dalam Amsal 7:17, Bil 24:6, "kayu gaharu dalam Mazmur. 45:8: Kidung Agung 4:14 menggunakan kata alahot. Dalam bahasa Yunani menggunakan kata ' aloe ' pada surat Yohanes 19:39). Pohon gaharu sejenis dengan pohon agal modern (Aguilaria agallochum) yang kini terdapat di Benggala Timur, Malaysia, dan Cina. Pohon itu adalah rempah-rempah yang berharga untuk mewangikan pakaian dan tempat tidur pada zaman Alkitab. Acuan dalam Bilangan 24:6 dapat mengisyaratkan bahwa pohon itu tumbuh di lembah Yordan.

  • GALATIA : 

Propinsi kerajaan Romawi yang terletak di bagian timur dari negara Turki sekarang (Asia Kecil). Di situ terdapat kota kota Ikonum, Listra, Derbe dan Antiokhia di Pisidia, Paulus membawa Injil ke sana (Kisah Para Rasul 13 14) 

Surat Galatia:

Surat ini ditulis oleh rasul Paulus dalam keadaan darurat.

Surat ini dapat dibagi sebagai berikut :

1. Salam (1:1-5). 

2. Injil baru itu bukanlah Injil (1:6-10). 

3. Riwayat hidup dan keterangan (1:11-2:14) 

3a. Paulus menerima pengutusannya langsung dari Kristus (1:11-17). 

3b. Kunjungan pertama Paulus ke Yerusalem sesudah pertobatannya (1:18-24). 

3c. Kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem (2:1-10) 

3d. Sebab sebabnya Paulus menentang Petrus di Antiokhia (2:11-14). 

4. Injil kasih karunia tidak membiarkan dosa (2:15-21) 

5. Seruan mengenang pengalaman sendiri (3:1-6) 

6. Perjanjian Abraham mendahului hukum Musa (Kejadian 22:17). 

7. Kematangan Kristen (3: 23-4: 11). 

7a. Orang Kristen adalah anak Allah yang bertumbuh penuh (3:23-29). 

7b. Kembali ke masa kanak-kanak (4:1-7). 

7c. Kembali ke masa perbudakan (4:8-11)

8. Seruan lanjutan khas pribadi.(4:12-20) 

9. Kemerdekaan Kristen: dua Yerusalem (4:21-5:1) 

10. Anugerah, bukan perbuatan (5:2-12).

11. Kemerdekaan bukan untuk disalahgunakan (5:13-26) 

12 Himbauan untuk saling membantu (6:1-5) 

13. Menabur dan menuai (6:6-10) 14. Paulus menulis dengan tangannya sendiri (6:11-18) 

13a. Pauluslah yang menulis (ayat 11) ,

13 b. Kesombongan yang benar dan yang palsu (6:12-16). 

13c. Tanda yang benar dari hamba Kristus (6:17)

13 d. Ucapan berkat (6:18).


  • GALILEA : 

Bagian utara dari Palestina. Galilea adalah daerah tempat tinggal dan kegiatan pertama dari Yesus. Penduduknya merupakan campuran orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (bandingkan dengan Matius 4:15). Danau Galilea sama dengan danau Genesaret (Lukas 5:1) atau danau Tiberias (Yohanes 6:1) 21:1). Dalam Perjanjian Lama terdapat nama kuno yaitu danau Kineret (Bilangan 34:11: Yosua 12:3) atau danau Kinerot (Yosua 13:27). 


  • GAMALIEL : 

Seorang ahli Taurat kenamaan dari golongan Farisi, anggota dari Mahkamah Agama di Yerusalem (Kisah Para Rasul 5:34, guru Saulus / Paulus) (Kisah Para Rasul 22:3). 

. Gamaliel diambil dari bahasa Ibrani yaitu gamli' el yang punya arti upah yang dari Allah, dalam bahasa Yunani menggunakan Gamahel. 

1. Putra Pedahzur, dan seorang 'pangeran dari anak-anak Manasye' yang terpilih membantu Musa untuk mengadakan sensus sewaktu mereka berada di padang belantara (Bilangan 1:10: 2:20: 7:54, 59: 10:23). 

2. Anak Simon dan cucu dari Hillel, Gamaliel ini adalah doktor ilmu hukum dan anggota Sanhedrin. Ia dari sayap golongan liberal Farisi (itu berarti Hillel bukan dari sekolah Sammai). Pada waktu para rasul diseret ke pengadilan (Kisah Para Rasul 5:33-40), dengan pidatonya yang beralasan dan meyakinkan, Gamaliel bertindak sebagai perantara. Paulus mengakuinya sebagai guru (Kisah Para Rasul 22:3), Gamaliel dijunjung tinggi sehingga disebut 'Rabban' (guru kami), suatu gelar yang lebih tinggi dari 'Rabbi' (guruku). Kitab Mishnah mencatat, sejak Rabban Gamaliel yang terhormat itu meninggal, hilanglah rasa hormat akan hukum Taurat, dan kesucian serta hal berpantangan lenyap pada saat yang sama.


  • GEHAZI : 

Hamba Elisa. Dialah 'hamba' yang tidak disebut namanya dalam 2 Raja - Raja 4:43 dan 'hamba' dalam 2 Raja - Raja 6:15. Tapi secara khusus namanya disebut pada tiga kesempatan. Dalam 2 Raja - Raja 4 ia mengatakan bahwa Elisa patut memberi upah kepada perempuan Sunem dengan menjanjikan seorang anak laki-laki.  Di kemudian hari ia mengambil tongkat Elisa, meletakkannya di atas anak yang telah meninggal dengan harapan dapat mengembalikan nafas anak itu, namun sia-sia. 

Dalam 2 Raja - Raja 5, Elisa menolak menerima hadiah dari Naaman yang sembuh dari penyakit kustanya. Gehazi memperoleh hadiah-hadiah itu bagi dirinya sendiri atas alasanalasan palsu. Sebagai hukumannya Gehazi kena penyakit kusta Naaman. Kusta dalam 2 Raja - Raja 5:27 dapat dibandingkan dengan jenis kusta dalam Imamat 13:12-13. Apabila penyakit kulit yang khas demikian, entah penyakit kulit apa pun itu, mengubah seluruh kulit menjadi putih, maka penderita masih 'bersih', dan tidak dikucilkan. Jadi Gehazi boleh tetap menjadi hamba Elisa. 

Dalam 2 Raja - Raja 8:1-6 Gehazi menceritakan kepada raja Yoram tentang anak perempuan Sunem dihidupkan kembali. Sementara ia bercerita datanglah perempuan itu sendiri menghadap raja, memohon hak miliknya dipulihkan. 


  • GEMBALA : 

Seorang pembimbing dan pemelihara kawanan domba atau kambing. Ia bertanggung jawab atas domba-dombanya, sering menghitungnya dan juga melindunginya terhadap bahaya dari luar. Di Israel TUHAN Allah diakui sebagai Gembala umat-Nya (Mazmur 23: Yesaya 40:11, Yehezkiel 34). Dan penggembalaan itu akan dilaksanakan oleh seorang gembala "yaitu hamba-Ku Daud” (Yehezkiel 34:23: 37:24). TUHAN Yesus adalah Gembala yang baik (Yohanes 10), dan para penatua jemaat Kristen diberi tugas menggembalakan jemaat, di bawah pengawasan Gembala Agung (1 Petrus 5:1-4, Yohanes 21:15-17).


  • GENESARET : lihat GALILEA


Genesaret adalah sebuah wilayah yang terletak di sekitar Danau Galilea, di bagian utara Israel. Secara historis, Genesaret dikenal sebagai daerah yang memiliki nilai spiritual, budaya, dan geografis yang penting dalam konteks Alkitab dan sejarah Yudaisme.

Letak Geografis dan Nama Genesaret

Genesaret terletak di sepanjang pantai barat daya Danau Galilea, yang merupakan danau air tawar terbesar di Israel. Danau ini juga dikenal dengan nama Danau Tiberias atau Laut Kinneret. Wilayah Genesaret sering disebut dalam teks-teks Alkitab, terutama dalam Injil Kristen, sebagai tempat kegiatan pelayanan Yesus.


Sejarah dan Makna Alkitab
Dalam Alkitab, Genesaret muncul dalam beberapa peristiwa penting yang terjadi selama pelayanan Yesus. Sebagai contoh, dalam Injil Matius dan Markus, Genesaret menjadi salah satu lokasi dimana Yesus melakukan banyak mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Genesaret juga disebut sebagai tempat yang penuh berkat bagi orang-orang yang datang kepada Yesus, dan sering dianggap sebagai wilayah yang diberkati.


Genesaret dalam Sejarah dan Budaya

Selain relevansi Alkitabiah, Genesaret juga memiliki nilai sejarah dan budaya bagi masyarakat Yahudi dan Kristen. Pada masa lalu, daerah ini subur dengan tanah pertanian, dan banyak digunakan untuk kegiatan perikanan, terutama di sekitar Danau Galilea. Seiring waktu, wilayah ini menjadi pusat perhatian bagi para peziarah dan pengunjung yang datang untuk menghubungkan diri dengan peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam Kitab Suci.


Pentingnya Genesaret dalam Kehidupan Rohani

Bagi umat Kristen, Genesaret merupakan tempat yang memiliki kedalaman rohani karena banyak peristiwa penting yang terjadi di sana, termasuk panggilan para murid pertama dan pengajaran-pengajaran Yesus. Masyarakat Kristen sering mengunjungi wilayah ini sebagai bagian dari perjalanan ziarah untuk memperdalam iman dan mengenang kehidupan Yesus.

Genesaret bukan hanya sekadar sebuah lokasi geografis, tetapi juga sebuah tempat yang memiliki makna yang mendalam dalam konteks keagamaan dan sejarah. Sebagai wilayah yang dikaitkan dengan pelayanan Yesus, Genesaret tetap menjadi simbol berkat dan mukjizat, serta merupakan tempat yang dihormati oleh umat Kristen hingga saat ini.


  • GERA : 

Ukuran timbangan sebesar 1/20 syikal - kurang lebih 1/2 gram ( Keluaran 30:13). 


Kata Gera Alkitab muncul dalam beberapa konteks, merujuk pada berbagai individu atau tempat. Namun, istilah ini jarang menjadi fokus utama dalam narasi Alkitab. Untuk lebih memahami makna Gera dalam Alkitab, mari kita bahas beberapa referensi yang terkait.

Gera sebagai Nama Pribadi

Gera muncul dalam Kitab Hakim-Hakim sebagai nama seseorang yang terkait dengan keluarga Benyamin. Dalam Hakim-Hakim 3:15, Gera disebut sebagai ayah dari Ehud, hakim yang terkenal dalam sejarah Israel. Ehud adalah salah satu hakim yang dipilih TUHAN untuk membebaskan orang Israel dari penindasan Moab. Gera, sebagai ayah Ehud, memiliki peran penting dalam sejarah pembebasan ini meskipun dia sendiri tidak banyak dijelaskan lebih lanjut dalam teks.


Gera dalam Kitab 1 Samuel
Nama Gera juga muncul dalam 1 Samuel 9:1-2, yang menggambarkan keluarga Saul, raja pertama Israel. Dalam beberapa catatan, nama Gera dikaitkan dengan seorang pria dari suku Benyamin. Meskipun Saul bukan langsung anak dari Gera, dia berasal dari garis keturunan yang memiliki hubungan dengan orang-orang ini.


Gera sebagai Nama Tempat
Gera juga dikenal sebagai nama tempat dalam beberapa bagian Alkitab, meskipun lokasi pastinya tidak selalu jelas. Dalam beberapa interpretasi, Gera dipandang sebagai kota atau daerah di wilayah suku Benyamin atau di daerah sekitar Yerusalem.

Gera dalam Alkitab lebih dikenal sebagai nama orang atau keturunan tertentu, yang terkait dengan keluarga suku Benyamin. Dalam beberapa konteks, Gera mengarah pada individu yang memiliki peran dalam cerita sejarah bangsa Israel, terutama dalam kisah Ehud, sang hakim, dan dalam kisah awal raja Saul. Meskipun demikian, Gera tidak dianggap sebagai tokoh utama dalam Alkitab dan lebih sering disebut dalam kaitannya dengan latar belakang keluarga atau sebagai bagian dari genealoginya.


  • GIHON : 

Mata air sebelah timur gunung Bait Allah di Yerusalem (1Raj. 1:33). Raja Hizkia menyalurkan airnya melalui sebuah terowongan ke dalam kota, ke kolam Siloam (1 Raja - Raja 20:20, 2 Tawarikh 32:30, Yohanes 9:7). 

Gihon(Ibrani gikhon, "sungai kecil). 

1. Satu di antara 4 sungai di Taman Eden (“Eben, TAMAN), yang disamakan dengan “ beberapa sungai seperti Oxus, Araxes, Gangga, Nil, dan beberapa sungai lainnya. Penyamaan Gihon dengan Nil muncul dari pernyataan yang mengatakan bahwa Gihon mengalir mengelilingi (savav) seluruh tanah Kusy (Kejadian 2:13), yang dianggap adalah Etiopia. Tapi kemungkinan yang lebih tepat, Kusy yang dimaksudkan di sini adalah daerah di sebelah timur Mesopotamia, daerah asal orang Kassit (“Kusy). Jika benar demikian, maka beberapa sungai yang mengalir ke Mesopotamia dari pegunungan di sebelah timur mungkin adalah sungai Divala atau sungai Kerkha, kendati terjadi pergeseran alami yang juga telah terjadi menyebabkan perubahan ciri - ciri geografis yang mengakibatkan acuan apapun menjadi tidak pasti.

2, Nama sumber (mata) air di sebelah timur Yerusalem, di mana Salomo diurapi menjadi raja (1 Raj 1:33, 38, 45). Dari sumber air inilah. Hizkia membuat saluran air ke kolam Siloam ( 2 Tawarikh 33:30 ) di sekitar halaman dekat tembok - tembok kota, sumber air tersebut masih ada di luar tembok yang dibangun oleh Manasye ( 2 Tawarikh 33:14 ).


  • GITIT : 

Alat musik atau lagu tertentu (Mazmur 8:1, Mazmur 81:1, Mazmur 84:1, ).


Gitit dalam Alkitab merujuk pada sebuah tempat atau istilah yang muncul beberapa kali dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kata "Gitit" dalam konteks Alkitab tidak memiliki definisi yang sangat jelas, tetapi ada beberapa penjelasan yang bisa membantu kita memahami arti dan makna dari istilah ini.

Asal Kata Gitit
Kata "Gitit" pertama kali muncul dalam Kitab Mazmur dan Kitab 2 Samuel. Secara etimologi, Gitit kemungkinan besar berasal dari kata "Gittite," yang mengacu kepada orang-orang dari kota Gath, salah satu dari lima kota Filistin. Gath dikenal sebagai tempat asal Goliat, raksasa yang dilawan oleh Daud. Dalam beberapa ayat, "Gitit" digunakan sebagai penunjuk tentang asal-usul atau asal tempat tertentu, seperti orang-orang yang berasal dari Gath.


Gitit Sebagai Istilah Musik
Di dalam Kitab Mazmur, khususnya dalam Mazmur 8, 81, dan 84, kita menemukan kata "Gitit" digunakan sebagai penunjuk jenis lagu atau alat musik. Ini menunjukkan bahwa Gitit mungkin adalah sebuah jenis melodi atau lagu yang terkait dengan daerah Gath atau sebuah instrumen musik tertentu yang dipakai dalam ibadah. Mazmur yang menyebutkan "Gitit" kemungkinan besar menunjukkan suatu gaya musik atau nada yang dipakai dalam liturgi ibadah pada masa itu.


Gitit dan 2 Samuel
Dalam 2 Samuel 6:10-11, Daud membawa tabut Allah ke rumah Obed-Edom, seorang orang Gittite. Ini menunjukkan bahwa orang Gittite (mungkin dari Gath) memiliki peran dalam kehidupan religius Israel, dan Gitit bisa jadi merujuk pada pengaruh atau keterlibatan mereka dalam penyembahan atau ibadah kepada TUHAN.


Makna Simbolis
Gitit dalam konteks musik dan ibadah menggambarkan hubungan antara tradisi lokal dan budaya Israel yang lebih luas. Meskipun Gitit berasal dari kota Gath, yang merupakan kota bangsa Filistin, musik dan alat musiknya dapat diterima dalam ibadah Yahudi. Ini mengilustrasikan konsep bahwa segala hal, meskipun berasal dari bangsa lain, dapat dipergunakan untuk memuliakan TUHAN dalam cara yang suci dan benar.


Gitit dalam Alkitab merujuk pada sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan orang-orang dari Gath (Filistin) serta digunakan sebagai jenis musik atau melodi dalam ibadah. Meskipun asal-usulnya dari bangsa Filistin, penggunaan Gitit dalam ibadah Israel menunjukkan bahwa elemen-elemen budaya lainnya dapat digunakan untuk menyembah TUHAN. Dengan demikian, Gitit dapat dilihat sebagai simbol keterbukaan terhadap budaya yang berbeda dalam konteks penyembahan kepada Allah.



  • GOG : 

Raja tanah Magog yang pada akhir zaman memimpin serangan bangsa-bangsa melawan Yerusalem, tetapi akan dikalahkan (Yehezkiel 38-39). Dalam Wahyu 20:8 Gog dan Magog memimpin tentara Iblis melawan umat TUHAN dalam pertempuran yang terakhir.


  • GOMER : 

1. Ukuran isi sebesar 1/10 efa = kurang lebih 3,6 liter. 

2. Putra sulung dari Yafet. Ayah dari Askenas, Rifat dan Togarma (Kejadian 10:2, 3). Nubuat Yehezkiel (Yehezkiel 38) menghubungkan erat antara orang - orang Gomer dengan rumah Togarma (Bet-Togarma) dalam bala tentara Gog. Dan mungkin sama dengan Gimirai kuno (orang Cimeria), suatu kelompok bangsa Arya yang menaklukkan Urartu (Armenia) dari tanah air mereka, Ukrainia, beberapa waktu menjelang abad 8 sebelum Masehi, ketika mereka muncul sebagai musuh Asyur.

3. Putri dari Diblaim dan menjadi istri Hosea (Hosea 1:3). Ia melahirkan anak-anak bernama Yizreel, Lo-Ruhama, dan Lo-Ami (Hosea 1).


  • HALAL: lihat HARAM

Alkitab, sebagai kitab suci agama Kristen, memberikan petunjuk mengenai hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan bagi umatnya dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan hukum halal dalam agama lain yang berfokus pada aturan makanan dan minuman, konsep halal dalam Alkitab mencakup berbagai aspek hidup, termasuk moralitas, etika, dan aturan makan.

1. Hukum Makanan dalam Alkitab

Di dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam kitab Imamat dan Ulangan, terdapat banyak aturan mengenai makanan yang halal dan haram bagi umat Israel. Misalnya, dalam Imamat 11 dan Ulangan 14, ada daftar hewan yang dianggap tidak boleh dimakan oleh umat Israel, seperti babi, kerbau, atau hewan-hewan yang tidak berkuku terbelah atau tidak memamah biak.

Namun, dalam Perjanjian Baru, ajaran mengenai makanan mengalami perubahan. Dalam Kisah Para Rasul 10:9-16, Allah menurunkan sebuah penglihatan kepada Rasul Petrus, yang menunjukkan bahwa makanan yang sebelumnya dianggap tidak halal kini diperbolehkan. Dalam penglihatan ini, Allah berkata, "Apa yang telah TUHAN nyatakan halal, janganlah engkau nyatakan haram." Ini menjadi dasar bagi ajaran Kristen bahwa makanan yang sebelumnya dilarang kini diperbolehkan, asalkan tidak menyalahi prinsip moral atau etika yang lebih besar.

2. Halal dalam Konteks Moral dan Etika

Selain aturan tentang makanan, Alkitab juga menekankan hal-hal yang halal dalam konteks moral dan etika. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:23-24 mengatakan, "Segala sesuatu diperbolehkan, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan, tetapi bukan segala sesuatu membangun." Ini berarti, meskipun ada kebebasan dalam banyak hal, umat Kristen diminta untuk mempertimbangkan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.

Hal-hal seperti kejujuran, kasih, kesabaran, dan penghormatan kepada sesama adalah hal-hal yang dianggap halal dan diperintahkan dalam Alkitab. Dalam Roma 13:8-10, Paulus mengajarkan bahwa mencintai sesama adalah hukum yang lebih besar, karena "kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia."

3. Halal dalam Konteks Hidup Sehari-hari

Bagi umat Kristen, hidup sesuai dengan ajaran Alkitab berarti menjalani hidup yang mencerminkan nilai-nilai Allah, baik dalam hubungan pribadi, pekerjaan, maupun dalam masyarakat. Apa yang halal dalam kehidupan sehari-hari adalah melakukan hal-hal yang menyenangkan Allah, yaitu yang sesuai dengan prinsip-prinsip kasih, keadilan, dan kebenaran.

Contohnya, dalam Kolose 3:23, dikatakan, "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia." Ini mengingatkan umat Kristen bahwa dalam segala pekerjaan atau tindakan, mereka harus berusaha untuk hidup dengan integritas dan sesuai dengan ajaran TUHAN.

Secara umum, menurut Alkitab, yang dianggap halal adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan niat yang benar, sesuai dengan ajaran kasih dan moral yang diajarkan oleh TUHAN. Meskipun aturan makan dalam Perjanjian Lama memberikan pembatasan tertentu, ajaran Perjanjian Baru lebih menekankan pada kebebasan dalam memilih, asalkan pilihan tersebut tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, umat Kristen dipanggil untuk hidup dengan integritas dan kasih, serta menjaga hubungan yang baik dengan TUHAN dan sesama.



  • HALELUYA/ALELUYA : 

(Bahasa Ibrani): "Pujilah TUHAN ”. Sering dipakai dalam kitab Mazmur, juga dalam Wahyu 19:1, 3, 4, 6. 


Haleluya adalah sebuah kata yang sering terdengar dalam konteks agama, terutama dalam tradisi Kristen. Kata ini memiliki makna yang sangat penting dan sering digunakan dalam doa, nyanyian, dan liturgi keagamaan.

Secara etimologis, Haleluya berasal dari bahasa Ibrani, yang terdiri dari dua bagian: Hallelu (yang berarti "puji" atau "memuji") dan Yah (yang merupakan singkatan dari nama TUHAN dalam bahasa Ibrani, yaitu YHWH). Jadi, Haleluya dapat diterjemahkan sebagai "Pujilah TUHAN" atau "Memuji TUHAN."

Kata ini muncul dalam kitab-kitab suci Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Haleluya sering digunakan dalam Mazmur sebagai seruan untuk memuji TUHAN. Salah satu contoh terkenal adalah dalam Mazmur 150:6 yang berbunyi, "Segala yang bernafas, pujilah TUHAN! Haleluya!" Di sini, kata tersebut digunakan untuk mengajak semua makhluk hidup untuk memuji TUHAN atas segala ciptaan-Nya yang luar biasa.

Dalam Perjanjian Baru, Haleluya juga muncul dalam konteks pujian, khususnya dalam kitab Wahyu. Di Wahyu 19:1-6, kata ini digunakan untuk menyatakan sukacita dan pujian atas kemenangan TUHAN yang agung.

Selain dalam ibadah, Haleluya juga sering muncul dalam lagu rohani dan nyanyian gereja. Nyanyian-nyanyian yang berisi kata Haleluya bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan kebesaran TUHAN. Salah satu lagu yang paling terkenal adalah "Hallelujah" karya Leonard Cohen, meskipun lagu ini lebih berfokus pada makna yang lebih luas, namun kata Haleluya tetap mempertahankan kaitannya dengan pujian terhadap TUHAN.

Dalam budaya umum, Haleluya tidak hanya digunakan dalam konteks keagamaan. Kata ini kadang digunakan untuk menyatakan kegembiraan atau kelegaan setelah melalui masa sulit. Misalnya, seseorang yang baru saja berhasil melewati ujian berat bisa mengucapkan "Haleluya!" sebagai bentuk ekspresi rasa syukur.

Haleluya adalah seruan pujian kepada TUHAN yang berasal dari bahasa Ibrani, yang secara harfiah berarti "Pujilah TUHAN." Kata ini memiliki makna yang sangat mendalam dalam konteks agama Kristen, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai ungkapan syukur dan kegembiraan atas kebaikan TUHAN.


  • HARAM :

 Makanan haram dan beberapa perbuatan terlarang yang menajiskan orang Israel, sehingga mereka tidak boleh lagi mengikuti ibadah, kalau tidak diadakan upacara korban untuk mentahirkan orang dahulu.


  • HARI : 

Dalam kitab para nabi seringkali disebut tentang ”hari TUHAN ”, ”hari terakhir”, ”hari penghakiman” atau hanya "pada hari itu”. Ungkapan-ungkapan itu menunjuk pada masa depan bilamana TUHAN Allah akan bertindak dan akan mendatangkan keadaan yang sama sekali baru. Dalam Perjanjian Baru "hari TUHAN ” itu disamakan dengan ”hari Yesus Kristus” yaitu waktu kedatangan-Nya sebagai Hakim dan Juruselamat pada akhir zaman.


  • HARI PERSIAPAN : 

Hari sebelum hari Sabat, jadi hari Jumat, di mana persiapan untuk Sabat (Matius 27:62) atau Paskah (Yohanes 19:14) sudah dimulai. 


  • HARI RAYA PASKAH : 

Perayaan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Anak-anak sulung orang Mesir dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani ”dilewati” (Ibrani Pesah berarti: melewati). Peristiwa itu diperingati dengan mengadakan perjamuan Paskah di mana para peserta "makan Paskah” yaitu makan "korban Paskah” atau anak domba Paskah itu (Keluaran 12:23-28, 43-51). Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus disebut "anak domba Paskah” (1 Korintus 5:7) atau ”Anak Domba yang disembelih” (Wahyu 5:6). Untuk Jemaat Purba hari Paskah mendapat isi baru, yaitu perayaan kebangkitan TUHAN.

Hari Raya Paskah merupakan salah satu dari 3 perayaan besar tahunan yang selalu dirayakan umat Israel yang dirayakan setiap tanggal 14 bulan pertama. Nama lain Hari Raya Paskah adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Paskah ini berlangsung selama tujuh hari, sama seperti Hari Raya Pondok Daun. Pada perayaan Hari Raya Paskah selama seminggu tidak diperkenankan melakukan aktifitas atau pekerjaan - pekerjaan yang berat, dan selama seminggu pula harus makan roti yang tidak beragi.

Hari pertama sampai pada puncak perayaan diadakan perkumpulan kudus dan diwajibkan membawa korban persembahan ( Bilangan 28:16-25 , Ulangan 16:1-8 )

  • HARI RAYA PENDAMAIAN : 

Satu hari setahun dimana segala dosa rakyat dan imam diperdamaikan TUHAN yang dilambangkan dengan seekor kambing jantan yang setelah ditumpangi tangan dilepaskan ke padang belantara (Imamat 16 dan Imamat 23:27).


  • HARI RAYA PENTAHBISAN 

Perayaan umat Yahudi yang memperingati pembangunan kembali mezbah Bait Allah di Yerusalem dan pentahbisannya pada tahun 165 sebelum Masehi. Mezbah itu dinajiskan dan dirusakkan dalam  perang Makabe.


  • HARI RAYA PENTAKOSTA 

Perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh minggu (bahasa Yunani Pentakosta berarti: kelima puluh) setelah hari Paskah. Sebab itu juga dikenal dengan nama "hari raya Tujuh Minggu” (Ulangan 16:10). Dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan turunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2)

Persamaan kata  Hari Raya Pentakosta  adalah Hari Raya Tujuh Minggu, Hari Raya Menuai, dan Hari Raya Bungaran ( Keluaran 23:16 , Keluaran 34:22, dan Bilangan 28:26 ).

Kemudian semua persamaan kata tersebut dikenal dengan Hari ke - 50 yang dihitung dari hari Sabat permulaan Hari Raya Paskah. Hari Raya Pentakosta juga ditandai dengan adanya perkumpulan kudus dan membawa korban persembahan, sama seperti Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Pondok Daun.

  • HARI RAYA PONDOK DAUN 

Perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen. Pada perayaan itu orang tinggal dalam pondok daun sebagai peringatan akan zaman pengembaraan dalam padang belantara (Imamat 23:33-44). Pada zaman Perjanjian Baru hari raya itu masih dikenal (Yohanes 7:2). 


Hari Raya Pondok Daun merupakan salah satu dari tiga pesta besar yang ada dalam bangsa Yahudi atau Israel yang dirayakan setiap pertengahan bulan ke tujuh selama tujuh hari. Hari Raya Pondok Daun mengharuskan setiap laki - laki hadir mengikuti acara pesta Hari Raya Pondok Daun untuk mempersembahkan hidupnya di hadapan TUHAN ( Keluaran 23: 14-17, Keluaran 34: 23, Ulangan 26:16 ). Pesta Hari Raya Pondok Daun biasanya dirayakan dengan sangat meriah oleh bangsa Yahudi ( Ulangan 16:14 )

Nama Hari Raya Pondok Daun muncul berawal dari kebiasaan - kebiasaan para penduduk orang Yahudi duduk - duduk di dalam pondok yang dibuat dari Daun dan cabang dari berbagai pepohonan yang ada di sana selama seminggu.

Selama Hari Raya Pondok Daun berlangsung bangsa Israel harus membawa berbagai korban sebagai korban persembahan dengan aturan sebagai berikut : Pada hari pertama Hari Raya Pondok Daun

  • HARI RAYA ROTI YANG TIDAK BERAGI : 

Perayaan selama tujuh hari sehabis Paskah, dimana roti dibakar tanpa memakai ragi sebagai peringatan akan malam pembebasan orang Ibrani dari perbudakannya di Mesir (Keluaran 12:14-20, bandingkan dengan Matius 26:17). 


  • HARI TUHAN : Lihat HARI

  • HASTA : Ukuran panjang sebesar 45 cm

Hasta

Dalam Alkitab, kata "hasta" sering kali merujuk pada simbol atau alat yang digunakan oleh orang-orang pada zaman dahulu dalam berbagai konteks. Meskipun "hasta" itu sendiri bukan kata yang sering muncul dalam teks Alkitab dalam pengertian yang spesifik, namun dalam beberapa kasus kita bisa melihat penggunaan alat atau simbol serupa yang berhubungan dengan kekuatan, kuasa TUHAN, atau bahkan perlindungan dalam peperangan rohani.

1. Hasta Sebagai Simbol Kekuatan dan Perlindungan

Dalam Alkitab, terdapat banyak simbol yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan Allah. Salah satu yang sering digunakan adalah tongkat atau staf, yang dapat dikaitkan dengan hasta sebagai senjata atau alat yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam Alkitab untuk melawan musuh atau bertindak atas perintah TUHAN.

Misalnya, Musa menggunakan tongkatnya untuk membelah Laut Merah (Keluaran 14:16). Di sini, tongkat atau staf menjadi alat yang digunakan oleh TUHAN untuk menyatakan kuasa-Nya. Sama halnya, hasta dapat dianggap sebagai simbol dari perlindungan dan kuasa TUHAN yang menyertai umat-Nya.

2. Hasta dalam Peperangan Rohani

Di Perjanjian Baru, meskipun tidak secara langsung menyebut hasta, ada banyak ajaran tentang peperangan rohani. Efesus 6:10-17 menggambarkan perlengkapan senjata rohani yang harus dikenakan oleh orang percaya untuk melawan kuasa gelap. Di sini, "pedang Roh," yang adalah firman TUHAN, dapat dianggap sebagai senjata yang mirip dengan hasta, yaitu alat yang digunakan untuk berperang melawan kejahatan dan tipu daya iblis.

"Sebagai senjata rohani, firman TUHAN memberikan umat-Nya kekuatan untuk bertahan dan berperang dalam dunia yang penuh dengan godaan dan ketidakbenaran."

3. Hasta dalam Konteks Raja dan Peperangan

Di Alkitab, banyak raja atau pemimpin yang menggunakan senjata dalam perang, yang dalam beberapa hal bisa disamakan dengan hasta. Raja Daud, misalnya, dikenal tidak hanya sebagai seorang pemimpin tetapi juga seorang prajurit yang tangguh. Ia menggunakan berbagai jenis senjata dalam pertempuran, termasuk pedang dan mungkin juga hasta, untuk membela bangsa Israel dari musuh-musuh mereka. Namun, dalam banyak kasus, Daud lebih mengandalkan TUHAN daripada senjata fisik.

"Engkau mengajar tanganku untuk berperang, dan lenganku menegang untuk busur tembaga" (Mazmur 18:34).

4. Hasta Sebagai Simbol Kemenangan TUHAN

Seiring dengan simbolisme peperangan, hasta juga digunakan sebagai tanda kemenangan atas musuh. Yeremia 51:20 menyebutkan, "Engkau adalah murka-Ku dan senjata pertempuran-Ku," yang menunjukkan bahwa alat atau senjata dalam Alkitab sering kali dipandang sebagai instrumen yang digunakan oleh TUHAN untuk melaksanakan kehendak-Nya, termasuk untuk kemenangan atas musuh-musuh-Nya.

Secara keseluruhan, dalam konteks Alkitab, hasta atau senjata fisik sering kali berfungsi sebagai simbol kekuatan, perlindungan, dan kuasa TUHAN. Senjata atau alat seperti itu dalam banyak cerita Alkitab digunakan oleh TUHAN untuk membawa kemenangan kepada umat-Nya, tetapi lebih penting lagi, alat-alat tersebut mengingatkan kita bahwa peperangan sejati adalah peperangan rohani yang bergantung pada kuasa Allah, bukan pada kekuatan manusia semata.

Melalui simbol hasta ini, umat TUHAN diajarkan untuk bergantung pada kekuatan rohani dan petunjuk firman TUHAN untuk menghadapi tantangan hidup.


  • HERODES


1. Herodes Agung, raja atas seluruh tanah Palestina ( tahun 37 - 4 Sebelum Masehi). Dialah yang membunuh bayi-bayi laki - laki di Betlehem (Matius 2, Lukas 1:5). 

2. Arkhelaus, anak Herodes Agung, memerintah atas Yudea dan Samaria (tahun 4 Sebelum Masehi - 6 Sesudah Masehi). Ia dipecat dan daerahnya dimasukkan langsung ke dalam Kerajaan Romawi (Matius 2:22). 

3. Herodes Antipas, anak Herodes Agung, raja wilayah atas Galilea (tahun 4 Sebelum Masehi - 39 Sesudah Masehi), yang kemudian dipecat. Ia kawin dengan Herodias, bekas isteri saudaranya (Lukas 3:19). Dialah yang membunuh Yohanes Pembaptis (Matius 14:1-12). 

4. Herodes Agripa I, cucu Herodes Agung, raja atas seluruh Palestina (tahun 41 - 44 sesudah Masehi). Dialah yang membunuh rasul Yakobus dan yang.memenjarakan Petrus (Kisah Para Rasul 12). Anaknya ialah Agripa II (bandingkan dengan Agripa).

  • HERODIAN : 

Orang - orang Herodian ialah anggota - anggota suatu partai Yahudi yarig menghendaki keturunan Herodes Agung memerintah atas mereka dan bukan gubernur Romawi (Matius 22:16). 


  • HERODIAS : Lihat HERODES


Hidup : TUHAN Allah adalah Allah yang hidup dan pada-Nya ada sumber kehidupan (Mazmur 36:10). Kehidupan terjadi oleh firmanNya (Kejadian 1, Mazmur 33:9). Dalam Firman itu ada hidup dan hidup itulah terang manusia (Yohanes 1:5). Dan ”hidup yang kekal” ( hidup sepenuh - penuhnya ) diberi kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus (Yohanes 3:16, 36)

  • HIGAYON : 

Petunjuk bagi yang memainkan alat musik (Mazmur 9:17). 

Higayon adalah sebuah istilah yang muncul dalam Alkitab, terutama dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kata ini seringkali dihubungkan dengan musik atau pujian dalam konteks Ibrani kuno. Artikel ini akan membahas arti dan penggunaan kata "higayon" dalam konteks Alkitab.

Pengertian Higayon

Kata "higayon" berasal dari bahasa Ibrani, yang kemungkinan besar memiliki makna terkait dengan musik atau nyanyian. Dalam bahasa Ibrani, "higayon" digunakan untuk merujuk pada "pemikiran yang dalam," "renungan," atau "meditasi," tetapi juga dapat dikaitkan dengan instruksi musik tertentu. Beberapa sarjana percaya bahwa kata ini mengindikasikan sejenis melodi atau alat musik yang digunakan dalam ibadah.

Penggunaan Higayon dalam Alkitab

Dalam Alkitab, terutama dalam kitab Mazmur, istilah "higayon" digunakan dalam dua ayat utama yang menyatakan pengertian ini. Istilah ini muncul dalam Mazmur 9:16 dan Mazmur 19:14. Kedua ayat ini menunjukkan penggunaan "higayon" dalam konteks pujian kepada TUHAN, dengan kemungkinan makna sebagai sejenis instruksi musik atau jenis musik tertentu yang digunakan dalam ibadah.

Mazmur 9:16

Dalam Mazmur ini, kata "higayon" digunakan dalam pengantar sebelum ayat tertentu. Ini mengindikasikan bahwa pujian atau nyanyian yang mengikuti ayat tersebut mungkin dipimpin oleh alat musik tertentu atau memiliki instruksi khusus.

Mazmur 19:14

Mazmur 19:14 juga menggunakan istilah ini, menunjukkan bahwa pemazmur memohon kepada TUHAN agar perkataan dan meditasi hatinya diterima dengan baik di hadapan-Nya. Dalam konteks ini, "higayon" dapat diartikan sebagai doa atau perenungan yang disertai dengan unsur musik atau melodi yang mendalam.

Interpretasi dan Aplikasi

Secara keseluruhan, kata "higayon" mengandung pengertian yang kaya, yang mencakup elemen musik, meditasi, dan renungan yang dalam. Dalam tradisi Ibrani, musik sering digunakan sebagai cara untuk memuji TUHAN dan membawa hati yang hancur atau terbeban kembali kepada-Nya. "Higayon" mengingatkan kita akan pentingnya kedalaman hati dan pikiran dalam beribadah, serta perlunya keselarasan antara kata-kata yang diucapkan dan perasaan yang ada di dalam hati.

Dalam konteks kehidupan rohani, "higayon" bisa menjadi ajakan untuk menggabungkan meditasi dan musik dalam penyembahan, tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga dalam bagaimana kita merasakan dan meresapi kehadiran TUHAN dalam hidup kita.

Kesimpulan

Higayon dalam Alkitab menunjukkan pentingnya perenungan yang mendalam dan penggunaan musik dalam penyembahan kepada TUHAN. Ini mengingatkan umat percaya bahwa penyembahan bukan hanya tentang menyanyi atau berbicara, tetapi juga tentang merenungkan dan merasakan kehadiran TUHAN dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran. Dengan demikian, "higayon" mengajak kita untuk lebih mendalam dalam hubungan kita dengan TUHAN melalui pujian dan renungan yang tulus.



  • HIN : 

Ukuran isi sebesar 1/6 bat lebih 6 liter. 


  • HISOP : 

Tumbuh - tumbuhan yang kecil yang batang dan daunnya dapat dipergunakan untuk memercikkan barang cair (Keluaran 12:22, Bilangan 19:18: Mazmur 51:9: Yohanes 19:29). 


Apa Itu Hisop dalam Perspektif Alkitab?

Dalam Alkitab, hisop (atau "hyssop" dalam bahasa Inggris) adalah tanaman herbal yang sering disebutkan dalam konteks upacara keagamaan dan ritus penyucian. Meskipun tanaman ini tidak banyak dikenal di luar konteks Alkitab, ia memainkan peran yang sangat penting dalam praktik-praktik keagamaan bangsa Israel.

1. Hisop dalam Pentateukh (Lima Kitab Musa)

Hisop pertama kali disebutkan dalam kitab Keluaran (Exodus) ketika Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menggunakan hisop dalam ritual Paskah. Dalam Keluaran 12:22, Allah memerintahkan mereka untuk mencelupkan ranting hisop ke dalam darah domba Paskah dan mengoleskannya di ambang pintu rumah mereka agar malaikat maut "melewati" rumah tersebut, menyelamatkan mereka dari hukuman Allah yang menimpa Mesir.

"Ambillah segenggam hisop, celupkan dalam darah yang ada di dalam baskom, dan percikkan darah itu pada palang pintu dan ambang pintu rumahmu. Jangan ada yang keluar dari rumahnya sampai pagi." (Keluaran 12:22)

Dalam kitab Imamat, hisop digunakan dalam berbagai upacara penyucian. Misalnya, dalam Imamat 14:4-6, digunakan dalam ritual penyucian seorang yang telah disembuhkan dari penyakit kusta.

2. Hisop dalam Pemurnian dan Penyucian

Hisop digunakan dalam banyak konteks penyucian, baik itu untuk membersihkan orang, benda, atau tempat dari kekotoran rohani. Dalam Imamat 14:49-53, ketika seseorang disembuhkan dari penyakit kulit (kusta), seorang imam menggunakan hisop untuk menyucikan orang tersebut melalui percikan darah dan air. Dalam Bilangan 19:18, hisop juga digunakan dalam percikan air penyucian yang digunakan untuk membersihkan orang yang terkena najis.

"Kemudian, seorang yang bersih harus mengambil hisop dan mencelupkannya ke dalam air, lalu menyiramkan air itu kepada kemah pertemuan, kepada segala perkakasnya, dan kepada orang-orang yang ada di sana." (Bilangan 19:18)

3. Hisop dalam Mazmur dan Amsal

Hisop tidak hanya ditemukan dalam peraturan ritual, tetapi juga dalam puisi dan doa. Salah satu ayat terkenal yang menyebutkan hisop terdapat dalam Mazmur 51:7, yang merupakan doa pertobatan Raja Daud setelah ia jatuh dalam dosa. Daud meminta Allah untuk menyucikan dirinya dengan menggunakan hisop, yang melambangkan keinginan untuk dibersihkan secara rohani.

"Bersihkanlah aku dengan hisop, maka aku menjadi tahir; basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju." (Mazmur 51:7)

Di sini, hisop melambangkan pembersihan rohani yang mendalam, bukan hanya pembersihan fisik semata.

4. Hisop dalam Perjanjian Baru

Meskipun tidak sering disebutkan, hisop muncul dalam Yohanes 19:29, ketika Yesus disalibkan. Dalam peristiwa tersebut, seorang prajurit mengambil sebuah spons yang direndam dalam anggur asam dan menempelkan spons itu pada ujung batang hisop untuk diberikan kepada Yesus yang sedang tergantung di salib. Meskipun konteksnya berbeda dengan penggunaan ritual di Perjanjian Lama, ini menunjukkan bahwa hisop masih digunakan pada masa itu, meski dalam konteks yang lebih sederhana.

"Ada sebuah tempat sambungan di situ, penuh dengan anggur asam, maka mereka mencelupkan sebuah spons ke dalamnya, lalu menaruhnya pada sebatang hisop, dan menyodorkannya ke mulut Yesus." (Yohanes 19:29)

5. Simbolisme Hisop dalam Alkitab

Secara simbolis, hisop sering dikaitkan dengan penyucian dan pengampunan dosa. Dalam banyak kasus, tanaman ini menjadi simbol dari usaha manusia untuk dibersihkan dari noda dosa dan dikembalikan ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Hisop menjadi lambang dari kerendahan hati dan penyerahan diri kepada Allah yang mampu menyucikan.

Hisop dalam Alkitab lebih dari sekadar tanaman herbal. Itu adalah simbol penyucian, baik dalam konteks ritual maupun secara rohani. Penggunaan hisop dalam berbagai upacara keagamaan menunjukkan bahwa penyucian adalah aspek penting dalam kehidupan spiritual umat Israel dan juga mengingatkan kita akan kebutuhan untuk dibersihkan dari dosa melalui pengampunan Allah.


  • HOMER 

Ukuran isi sebesar 10 efa = kurang lebih 360 liter. Homer sama besar dengan kor. 

Dalam konteks Alkitab, kata "Homer" merujuk pada satuan ukuran yang digunakan dalam sistem pengukuran kuno, khususnya dalam Perjanjian Lama. Istilah ini muncul dalam beberapa bagian Kitab Suci untuk merujuk pada ukuran biji-bijian atau bahan makanan tertentu.

Homer dalam Pengukuran

Homer adalah sebuah ukuran volume yang digunakan dalam perdagangan dan pertanian pada zaman Alkitab. Menurut beberapa referensi, 1 homer setara dengan sekitar 220 liter, meskipun beberapa sumber menyebutkan variasi dalam jumlah pasti, tergantung pada waktu dan tempat penggunaannya. Umumnya, homer digunakan untuk mengukur gandum, barley, dan biji-bijian lainnya.

Penyebutan Homer dalam Alkitab

Kata "homer" muncul dalam Kitab Yehezkiel. Dalam Yehezkiel 45:11, kita dapat menemukan referensi tentang ukuran homer, yang menyatakan bahwa homer digunakan untuk mengukur bahan makanan yang diperlukan untuk persembahan atau pajak. "Baik gandum maupun barley, harus diukur dengan ukuran homer." Dalam hal ini, homer digunakan sebagai satuan yang standar untuk menentukan jumlah yang dibutuhkan dalam ritual keagamaan.

Fungsi dan Konteks

Penggunaan homer sebagai satuan pengukuran menunjukkan adanya sistem ekonomi yang terorganisir dalam masyarakat Israel kuno. Ini memberikan gambaran tentang betapa pentingnya standar ukuran dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam perdagangan, pertanian, maupun ritual keagamaan. Dalam konteks Alkitab, homer lebih dari sekadar alat ukur; ia juga mencerminkan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, homer dalam Alkitab adalah sebuah satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur bahan-bahan seperti gandum dan barley, yang penting dalam konteks pertanian, perdagangan, dan ritual keagamaan. Meski penggunaannya terbatas dalam beberapa pasal tertentu, referensi tentang homer memberikan kita wawasan tentang sistem pengukuran dan kehidupan ekonomi pada zaman Alkitab.




  • HUJAT : 

Dosa karena menyinggung atau menyangkal Nama TUHAN. Yesus dituduh menghujat Allah, karena Ia menyebut diri-Nya Kristus, yakni Mesias (Matius 26:63-65). 



Hujat adalah tindakan atau ucapan yang menghina atau merendahkan sesuatu yang dianggap kudus, terutama TUHAN atau hal-hal yang berhubungan dengan-Nya. Dalam konteks Alkitab, hujat tidak hanya terbatas pada kata-kata kasar atau penghinaan secara langsung terhadap TUHAN, tetapi juga mencakup sikap hati yang menentang atau meremehkan kewibawaan TUHAN atau firman-Nya.

1. Hujat terhadap TUHAN

Di dalam Alkitab, hujat terhadap TUHAN dianggap sebagai dosa yang serius. Misalnya, dalam Keluaran 20:7, yang termasuk dalam Sepuluh Perintah TUHAN, tertulis: "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." Ayat ini menekankan pentingnya menghormati nama TUHAN dan menghindari penyalahgunaan nama-Nya, yang merupakan salah satu bentuk hujat.

2. Hujat terhadap Roh Kudus

Salah satu jenis hujat yang disebutkan secara khusus dalam Perjanjian Baru adalah hujat terhadap Roh Kudus. Dalam Matius 12:31-32, Yesus berkata, "Karena itu Aku berkata kepadamu: segala dosa dan hujat akan diampuni orang, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Siapa saja yang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi siapa saja yang mengucapkan sesuatu menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang."

Ayat ini menekankan bahwa hujat terhadap Roh Kudus adalah dosa yang sangat berat dan tidak dapat diampuni. Ini sering dipahami sebagai penolakan atau penentangan terhadap karya Roh Kudus dalam kehidupan seseorang, seperti menolak peringatan dan penyadaran yang diberikan oleh Roh Kudus.

3. Hujat sebagai Penolakan terhadap Firman TUHAN

Hujat juga bisa berarti menentang atau meremehkan firman TUHAN. Dalam Yeremia 7:29-30, TUHAN mengingatkan umat-Nya untuk tidak hidup dalam dosa dan penolakan terhadap-Nya: "Potonglah rambutmu dan buanglah, mulailah menangisi bukit-bukit yang tinggi, karena TUHAN telah menolak dan membenci keturunan itu." Menolak firman TUHAN dan terus hidup dalam dosa juga bisa dianggap sebagai bentuk hujat.

4. Dampak Hujat

Hujat membawa dampak serius bagi hubungan seseorang dengan TUHAN. Dalam Mazmur 74:18, dikatakan, "Ingatlah betapa orang-orang bodoh itu menghujat Engkau, ya TUHAN, dan bagaimana bangsa-bangsa itu mencela nama-Mu." Hujat terhadap TUHAN mencerminkan sikap hati yang keras dan tidak menghormati-Nya. Ini merusak hubungan manusia dengan TUHAN dan menghalangi pengalaman kasih dan anugerah-Nya.

Hujat menurut Alkitab adalah suatu bentuk penghinaan atau penolakan terhadap TUHAN, Roh Kudus, atau firman-Nya. Ini adalah dosa yang serius, dan terutama hujat terhadap Roh Kudus disebutkan sebagai dosa yang tidak akan diampuni. Oleh karena itu, umat Kristen diingatkan untuk selalu menjaga sikap hati dan kata-kata, serta menghormati TUHAN dengan sepenuh hati, agar tidak terjatuh ke dalam dosa hujat.

5. Hujat dalam Kehidupan Sehari-hari

Hujat tidak hanya terbatas pada kata-kata yang diucapkan dengan sengaja, tetapi juga bisa mencakup tindakan dan sikap yang menghina hal-hal yang kudus. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang bisa saja menghujat tanpa menyadarinya, seperti ketika mereka memperlakukan firman TUHAN dengan sembrono, tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, atau lebih mementingkan perkara duniawi daripada hal-hal yang rohani. Dalam Yakobus 4:4, tertulis, "Hai kamu yang suka berzina, tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barang siapa hendak menjadi sahabat dunia, ia menjadikan dirinya musuh Allah."

Ayat ini menunjukkan bahwa sikap hati yang terlalu mencintai dunia dan menempatkan nilai-nilai duniawi di atas TUHAN juga bisa dipandang sebagai bentuk penolakan terhadap kewibawaan TUHAN dan penghinaan terhadap hal-hal kudus. Meskipun tidak selalu diucapkan dengan kata-kata, sikap ini bisa mencerminkan hujat.

6. Hujat sebagai Bentuk Ketidaktahuan atau Kekerasan Hati

Banyak orang dalam Alkitab yang menghujat TUHAN atau menentang kehendak-Nya karena ketidaktahuan atau kekerasan hati mereka. Dalam Lukas 23:34, ketika Yesus disalibkan, Dia berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Ini menunjukkan bahwa ada kalanya hujat bisa terjadi karena ketidaktahuan atau kebodohan, meskipun tetap merupakan tindakan yang salah. Namun, Yesus dalam kasih-Nya berdoa agar mereka diampuni.

Sebaliknya, ada juga yang menghujat dengan sengaja, dengan hati yang keras dan menentang segala bentuk kebenaran. Dalam Roma 1:28-32, Paulus menjelaskan bahwa mereka yang menolak TUHAN dan memilih hidup dalam dosa akan diserahkan kepada hawa nafsu mereka yang rusak, melakukan segala sesuatu yang tidak senonoh. Hujat dalam bentuk ini adalah akibat dari penolakan hati yang keras terhadap kebenaran TUHAN.

7. Pentingnya Pengampunan

Meskipun hujat adalah dosa yang serius, Alkitab juga mengajarkan tentang pengampunan. Dalam 1 Yohanes 1:9, tertulis, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia, yang setia dan adil, akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Ini adalah penghiburan bagi mereka yang mungkin merasa telah menghujat atau menentang TUHAN dalam bentuk apa pun. Pengampunan tersedia bagi siapa saja yang bertobat dan mengakui dosa mereka dengan sungguh-sungguh.

8. Menghindari Hujat dalam Kehidupan Kristen

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjaga kata-kata dan sikap kita agar tidak terjatuh dalam hujat. Dalam Efesus 4:29, Paulus mengingatkan, "Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, melainkan perkataan yang baik untuk membangun, sesuai dengan kebutuhan, supaya dapat memberikan kasih karunia kepada mereka yang mendengarnya." Ini adalah prinsip dasar dalam kehidupan Kristen, di mana kita diajarkan untuk menggunakan perkataan dan tindakan kita untuk membangun, bukan merusak atau merendahkan.

Selain itu, dalam Filipi 2:14-15, kita dipanggil untuk hidup tanpa keluhan atau perdebatan, "Lakukanlah segala sesuatu tanpa bersungut-sungut atau berbantah-bantahan, supaya kamu tidak bercela dan tidak tersandung, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok dan jahat." Sikap seperti ini menghindarkan kita dari godaan untuk menghujat atau merendahkan hal-hal yang kudus, dan lebih memilih untuk hidup sesuai dengan kehendak TUHAN.

Hujat dalam Alkitab mencakup banyak aspek, mulai dari ucapan yang meremehkan TUHAN, hingga sikap hati yang menentang kehendak-Nya. Hal ini adalah dosa yang serius, tetapi pengampunan selalu tersedia bagi mereka yang bertobat dengan sungguh-sungguh. Sebagai umat Kristen, kita diingatkan untuk selalu menjaga perkataan dan sikap kita, menghormati TUHAN dan segala yang kudus, serta hidup sesuai dengan firman-Nya. Dengan demikian, kita bisa menghindari hujat dan tetap hidup dalam kasih dan kebenaran TUHAN.



0 Response to "Kamus Alkitab Indonesia Terjemahan Baru "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Persegi

Iklan Tengah Artikel 2

script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-8166554209669713" crossorigin="anonymous">

Iklan Bawah Artikel