Metode Pengajaran Yesus Dalam Perjanjian Baru

Metode Pengajaran Yesus Dalam Perjanjian Baru






Pengajaran Utama TUHAN Yesus 


Ada beberapa metode pengajaran Yesus dalam Perjanjian Baru yang TUHAN Yesus gunakan dalam situasi - situasi tertentu. TUHAN Yesus membaca Kitab - kitab yang ada dalam Perjanjian Lama di sinagoge dan menerangkannya ke semua jemaat yang datang beribadah (Lukas 4:16-32). 
TUHAN Yesus mengajar di tempat terbuka seperti pada saat TUHAN Yesus mengucapkan khotbah di atas bukit yang ditujukan kepada seluruh pengikutNya dan orang banyak yang mendengar (Matius 5:1-7, Matius 29, Lukas 6:17-49). 
TUHAN Yesus berbicara langsung dan secara pribadi bersama dengan orang-orang tertentu (Markus 10:21, Lukas 10:39), Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memaksa orang berpikir (Lukas 10:26,Lukas 12:56-57, Matius 24:45. Markus 4:21). 
TUHAN Yesus bertanya jawab dengan lawan-lawan-Nya untuk menghilangkan pikiran-pikiran mereka yang salah. 
Yesus terlibat dalam perdebatan dimana Ia membuktikan kebebalan pikiran lawan-lawan-Nya dengan logika yang tidak dapat ditolak (Markus 12:18-27, Lukas 20:41-44). 
Ia mengemukakan ucapan-ucapan pendek yang tajam untuk mengukir kebenaran-kebenaran luhur tertentu dalam hati murid-murid-Nya (Matius 5:3-4, Lukas 9:24, Lukas 20:25). Ia Sering mengutip surat atau kitab Perjanjian Lama (Markus 12:24-27, Markus 35-37, Lukas 4:4-8, 12).
TUHAN Yesus menggunakan alat peraga (Yohanes 13:1-15: Matius 18, Matius 21:18-22), Ia berbicara lebih akrab dan gamblang dengan kelompok murid-murid-Nya (Matius 17:9-13, Markus 12:43-44, Yohanes 13:1-20, 26). 
TUHAN Yesus mengemukakan ucapan-ucapan penting yang mengandung nubuat (Matius 24:5-44, Markus 13:1-37, Lukas 21:5-36). 
Ia sering mengajarkan kepada murid-muridNya perihal diriNya dan Allah dengan artian sungguh-sungguh yang bersifat metafisika(Matius 11:25-27, Lukas 10:21-22, Yohanes 5:16-47, Yohanes 6:32-71) dan Ia sering mengajar dengan menggunakan perumpamaan, yang menyertai seluruh ajaran-Nya ialah kekuasaan-Nya yang khas. 

Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama  berbicara dengan wibawa yang mereka terima, tapi Yesus Kristus berbicara dengan wibawa Illahi, mutlak dan dari diriNya sendiri.

Jenis - Jenis Ajaran TUHAN Yesus


Tidaklah mungkin ' mengebiri ' ajaran TUHAN Yesus menjadi seperti filsafat, teologi atau etika. Ajaran-Nya berbeda sekali dari ajaran setiap orang sebelum dan sesudah Dia. 
Tapi kita dapat mengklasifikasikan jenis - jenis ajaran TUHAN Yesus dengan judul - judul berikut: etika ( Lukas 6:17-49, Lukas 11:37-54), metafisika dan teologi (Matius 11:25-27, Lukas 10:21-22, Yohanes 6:33-48,Yohanes 8:58), sosial (Lukas 14:7-14, Lukas 20:19-25, Matius 19:3-12), penyelamatan (Matius 9:12-13, Matius 11:28-30, Matius 16:24-26, Matius 20:28, Lukas 9:23-24, Lukas 14:15-24, Lukas 15:1-32, Lukas 18:9-14 dan 19, Yohanes 10:1-18), eskatologi (Matius 24: 25, Markus 13, Lukas 21).

Berbeda dari semua guru agama yang lain, TUHAN Yesus tidaklah pertama-tama mengajarkan kebenaran - kebenaran mengenai Allah dan agama. Inti ajaran-Nya ialah pemberitahuan mengenai diriNya sendiri sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia. 
Hal itu bukanlah semata  - mata hanya  sistem dan pengajaran teologi saja, tapi juga sebagai pernyataan diri. Memang benar Ia tidak secara terbuka dan tidak setiap saat memberitahukan bahwa diriNya adalah Mesias dan Anak Allah. 
Dan karena dalam benak orang Yahudi terdapat konsep yang salah tentang watak dan tugas Mesias, maka Ia sangat berhati - hati dengan tidak memaparkan secara luas keMesiasanNya kepada mereka.

 Tapi penelitian yang cermat atas keempat Injil menyingkapkan, bahwa sejak dari awal Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah Anak Allah. Penting diperhatikan bahwa dalam ucapan Yesus yang pertama sekali seperti dicatat dalam Injil. 
Ia dengan lembut namun pasti mengingatkan Maria bahwa BapaNya yang sebenarnya ialah Allah (Lukas 2:48-30), dan dalam ucapan-Nya yang terakhir di kayu salib Ia menyerahkan diriNya kepada Allah, ' Ya Bapa, ke dalam tanganMu Ku-serahkan nyawa-Ku ' (Lukas 23:46). Dan sesudah kebangkitan-Nya Ia memberi tugas kepada Maria Magdalena untuk menyampaikan pesan-Nya kepada murid-murid-Nya dengan mengatakan Aku akan pergi kepada BapaKu (Yohanes 20:17). 

Ciri - ciri paling metode pengajaran TUHAN Yesus ialah pemberitahuan-Nya bahwa Allah adalah Bapa. Memang dalam satu dua ayat Perjanjian Lama  bahwa Allah telah menyatakan diri sebagai Bapa.

Namun dalam ajaran Yesus ini Allah diperkenalkan lebih sebagai Bapa dari umat-Nya Israel daripada Bapa dari pribadi orang percaya. 
TUHAN Yesus memberitahukan bahwa Allah adalah Bapa dalam cara baru dan yang lebih bersifat pribadi. 
Dalam keempat Injil ada kurang lebih 150 pernyataan dimana Yesus menyebut Allah sebagai Bapa. Ia mengajarkan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dalam arti khas (Lukas 2:49, Lukas 10:21-22, Lukas 20:41-44, Lukas 22:29, Matius 11:25-27, Matius 15:13, Matius 16:13-17, 27, Matius 21:37, Matius 22:2, Matius 26:29, 63 dan 64, Matius 27:43, Matius 28:18-20,  Markus 8:38, Markus 12:6, Markus 35-37, Markus 13:24-27, Markus 14:61-62, Yohanes 3:35, Yohanes 5:18, 22-23 dan ayat selanjutnya).

 Ia tak pernah menyamakan ke-Bapa-an Allah dalam hubungan terhadap diriNya sendiri dengan ke-Bapa-an Allah dalam hubungan terhadap murid-murid-Nya atau terhadap manusia lain pada umumnya. Tak pernah TUHAN Yesus berdoa kepada Allah dengan ucapan, 'Ya, Bapak kami!, melainkan selalu secara langsung seperti kata "Ya, Bapa!' (Markus 14:36, Matius 11:25, Lukas 10:21, Yohanes 11:41, Yohanes 17:1-26). 

Jika TUHAN Yesus berbicara kepada murid - murid-Nya, Ia tak pernah menyebut Allah sebagai ' Bapa kita ', tapi selalu ' BapaKu ' (Lukas 10:22, Matius 11:27, Matius 12:50, Yohanes 20:17) atau ' kepada-Mu ' (Markus 11:25-26, Matius 5:45 dan 48). 
Pembatasan yang demikian jelas perihal hubungan-Nya dengan Allah, terus menerus disampaikan  di sepanjang perjalananNya semasa di dunia ini, baik dalam Injil-injil sinoptik maupun dalam empat surat Injil, dalam hal ini TUHAN Yesus memang unik. 
Tidak seorangpun guru agama sebelum dan sesudah Dia yang menyatakan hubungannya mutlak dengan Allah, seperti terungkap dalam kata - kata : " Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya"(Matius 11:27, baca juga Lukas 10:22, Markus 8:38, Yohanes 17:1-5 dan ayat selanjutnya).

Tapi ajaran TUHAN Yesus mengenai ke-Bapa-an Allah tidak berhenti pada pemberitahuan hubungan-Nya yang khas dengan Allah Bapa. Ia juga mengajari murid-murid-Nya untuk mempercayai Allah sebagai Bapa dari semua orang percaya. 

Dalam Khotbah di Bukit lebih dari 14 kali Ia menyebut Allah sebagai Bapa dari murid - murid-Nya (baca juga Matius 6:1-34, bandingkan dengan Lukas 6:36). Karena hubungan Allah dengan manusia inilah yang harus mendasari hidup rohani pengikut-Nya, maka Yesus mengajar mereka berdoa kepada Allah dengan ucapan 'Bapa kami' (Matius 6:9). 

Karena Allah adalah Bapa mereka, mereka tak usah takut (Matius 10:28-30, Matius 6:26-32), mereka dapat dan harus berdoa dengan iman yang sungguh - sungguh kepada-Nya (Matius 7:7-11: Lukas 11:9-13). Karena Allah sempurna dalam kasih dan kemurahan, maka mereka juga harus demikian yang senantiasa sempurna dalam kasih dan kemurahan(Matius 5:43-48, Lukas 6:36). 


Metode pengajaran TUHAN Yesus mengenai ke-Bapa-an Allah merupakan pukulan keras terhadap ajaran para ahli Taurat, yang telah membebani banyak orang dengan metode agama secara Taurat yang sarat dengan bentuk - bentuk upacara dan peraturan. 
Justru TUHAN Yesus memberikan metode pengajaran bahwa untuk mendekati Allah dengan cara lama harus dihapus dan diganti dengan metode Kristus melalui TUHAN Yesus (Markus 2:22, Matius 9:14-17, Lukas 5:33-39).


Dengan mengajarkan bahwa hubungan antara Allah dan orang percaya adalah sama dengan hubungan antara seorang ayah dengan anak - anaknya, maka Yesus menjungkirbalikkan seluruh pengertian agama yang ada. 

Karena Allah adalah Bapa yang panjang sabar dan mengasihi, maka masih ada harapan bahkan bagi pendosa paling besar  perumpamaan Anak Yang Hilang, yang diterima dengan cinta kasih yang sangat besar dan selanjutnya anak yang hilang tersebut dipulihkan ke dalam hidup baru oleh bapaknya yang pengampun, (Lukas 15:11-32). 

Sebagai Bapa, Allah memperhatikan bahkan ciptaan-Nya yang paling kecil sekalipun dan mengasuh semuanya (Matius 6:26, Matius 10:29-30, Lukas 12:24-27). 
Sebagai Bapa, Ia tahu kebutuhan yang sesungguhnya dari anak - anak-Nya, karena itu orang percaya tak usah khawatir atau takut (Lukas 12:4-7, Lukas 22-32.
Sebagai Bapa, Ia tetap setia terhadap mereka, bahkan di tengah - tengah suasana paling sukar dan berbahaya (Lukas 12:11-12, Markus 13:11). 

Tapi serentak Yesus juga mengajarkan dengan gamblang bahwa Allah bukan hanya Bapa yang dapat hadir di mana - mana, tapi Allah adalah juga dan sekaligus TUHAN yang transenden atau di luar segala kesanggupan manusia, Yang MahaKuasa atas langit dan bumi (Matius 11: 25). 
Karena itu jika berdoa kepada Allah, kita wajib berkata, 'Bapa kami yang di sorga” (Matius 6:9). Dan karena Allah adalah Bapa yang MahaKuasa yang menciptakan dan memelihara segala sesuatu (Lukas 10:21, Matius 19:26).
Maka tugas mulia dan luhur bagi orang percaya ialah memuliakan atau menguduskan nama Allah (Matius 5:16, Matius 6:9, Markus 12:17, 30, Lukas 8:39, Yohanes 15:8). 
Melakukan kehendak Bapa bukan lagi menjadi beban yang memberatkan, tapi hak istimewa penuh sukacita ( kata - kata 'jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga', Matius 6:10 dan Yohanes 15:10-15).

 Yang jadi pendorong bagi orang percaya untuk melayani sesamanya dan bahkan untuk mengasihi musuhnya, ialah kerinduan menjadi anak - anak yang layak bagi Bapa sorgawinya (Matius 5:44-48). 

Ajaran Yesus mengenai ke-Bapa-an Allah memaparkan kebenaran yang menakjubkan, yaitu bahwa karena sungguh besar kasih Allah memelihara orang percaya dan seluruh ciptaan, sehingga bahkan rambut di kepala merekapun Dia hitung (Matius 10:30), bunga bakung Dia perlengkapi dengan keelokan dan burung terkecil sekalipun Dia asuh (Matius 6:26-30, Matius 10:29). 

Karena kasih yang demikian, maka tidak ada alasan bagi orang percaya untuk khawatir akan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan lainnya, juga tentang hari yang akan datang (Matius 6:25,.34). 

Jika orang percaya menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang utama dalam hati dan hidupnya, maka TUHAN Yesus akan memelihara mereka dalam setiap keadaan, bahkan keadaan yang paling gawat sekalipun (Markus 13:11, Lukas 12:4-12, Lukas 21:18). 




0 Response to "Metode Pengajaran Yesus Dalam Perjanjian Baru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Persegi

Iklan Tengah Artikel 2

script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-8166554209669713" crossorigin="anonymous">

Iklan Bawah Artikel